Kecepatan gelombang tsunami bergantung pada kedalaman laut. Di laut dengan kedalaman 7000 m misalnya, kecepatannya bisa mencapai 942,9 km/jam. Kecepatan ini hampir sama dengan kecepatan pesawat jet. Namun demikian tinggi gelombangnya di tengah laut tidak lebih dari 60 cm. Akibatnya kapal-kapal yang sedang berlayar diatasnya jarang merasakan adanya tsunami.
Berbeda dengan gelombang laut biasa, tsunami memiliki panjang gelombang antara dua puncaknya lebih dari 100 km di laut lepas dan selisih waktu antara puncak-puncak gelombangnya berkisar antara 10 menit hingga 1 jam. Saat mencapai pantai yang dangkal, teluk, atau muara sungai gelombang ini menurun kecepatannya, namun tinggi gelombangnya meningkat puluhan meter dan bersifat merusak.
Asal istilah Tsunami
Istilah tsunami berasal dari bahasa Jepang Tsu artinya pelabuhan dan nami artinya gelombang laut. Dari kisah inilah muncul istilah tsunami. Awalnya tsunami berarti gelombang laut yang menghantam pelabuhan.Penyebab terjadinya Tsunami
Tsunami terutama disebabkan oleh gempabumi di dasar laut. Tsunami yang dipicu akibat tanah longsor di dasar laut, letusan gunungapi dasar laut, atau akibat jatuhnya meteor jarang terjadi.Tsunami Akibat Gempa Bumi
Tidak semua gempabumi mengakibatkan terbentuknya tsunami. Syarat terjadinya tsunami akibat gempabumi adalah:- Pusat gempa terjadi di dasar laut
- Kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km
Pada tanggal 26 Desember 2004, gempabumi dengan kekuatan 9 Skala Richter di kedalaman 30 km dasar laut sebelah baratdaya Aceh membangkitkan gelombang tsunami dengan kecepatan awal sekitar 700 km/jam. Gelombang ini menjalar ke segala arah dari pusat tsunami dan menyapu wilayah Aceh dan Sumatera Utara dengan kecepatan antara 15 – 40 km per jam dan tinggi gelombang 2 hingga 48 meter. Korban jiwa mencapai 250.000 orang lebih. Dalam 3 jam setelah gempabumi, negara-negara di kawasan Samudera Hindia juga terkena tsunami. | |
TSUNAMI AKIBAT LETUSAN GUNUNGAPI Tahun 1883, letusan Gunung Krakatau di Indonesia mengakibatkan Tsunami yang dahsyat. Ketika gelombangnya menyapu pantai Lampung dan Banten, kira-kira 5000 kapal hancur dan menenggelamkan banyak pulau kecil. Gelombang setinggi 12 lantai gedung ini, kira-kira 40 m, menghancurkan hampir 300 perkampungan dan menewaskan lebih dari 36000 orang. | |
TSUNAMI AKIBAT TANAH LONGSOR | |
Sekitar 81 juta ton es dan batuan jatuh ke Teluk Lituya di Alaska tahun 1958. Longsoran ini terjadi karena guncangan gempabumi sebelumnya. Gelombang tsunami yang terbentuk akibat longsoran ini menjalar cepat sepanjang teluk. Tinggi gelombangnya mencapai 350-500 m saat melanda lereng-lereng gunung dan menyapu pepohonan dan semak belukar. Ajaibnya, hanya dua orang pemancing ikan yang tewas. |
No. | Tahun | Tempat | Magnituda | Korban |
---|---|---|---|---|
1. | 1883 | G.Krakatau | - | 36.000 |
2. | 1833 | Sumbar, Bengkulu, Lampung | 8,8 | Tak tercatat |
3. | 1938 | Kep. Kai – Banda | 8,5 | Tak tercatat |
4. | 1967 | Tinambung | - | 58 |
5. | 1968 | Tambu, Sulteng | 6 | 200 |
6. | 1977 | Sumbawa | 6,1 | 161 |
7. | 1992 | Flores | 6,8 | 2.080 |
8. | 1994 | Banyuwangi | 7,2 | 377 |
9. | 1996 | Toli – toli | 7 | 9 |
10. | 1996 | Biak | 8,2 | 166 |
11. | 2000 | Banggai | 7,3 | 50 |
12. | 2004 | Nanggroe Aceh Darussalam | 9 | 250.000 |
Penyelamatan Diri Saat terjadi Tsunami
Sebesar apapun bahaya tsunami, gelombang ini tidak datang setiap saat. Janganlah ancaman bencana alam ini mengurangi kenyamanan menikmati pantai dan lautan.- Jika berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan gempabumi, air laut dekat pantai surut secara tiba-tiba sehingga dasar laut terlihat, segeralah lari menuju ke tempat yang tinggi (perbukitan atau bangunan tinggi) sambil memberitahukan teman-teman yang lain.
- Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta mendengar berita dari pantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke pantai. Arahkan perahu ke laut.
- Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera turun ke daerah yang rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan menerjang.
- Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan pertama pada korban. Jika berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan gempabumi, air laut dekat pantai surut secara tiba-tiba sehingga dasar laut terlihat, segeralah lari menuju ke tempat yang tinggi (perbukitan atau bangunan tinggi) sambil memberitahukan teman-teman yang lain.
- Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta mendengar berita dari pantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke pantai. Arahkan perahu ke laut.
- Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera turun ke daerah yang rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan menerjang.
- Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan pertama pada korban.
- Membangun bangunan vital/strategis atau bangunan lainnya yang mengundang konsentrasi banyak manusia di wilayah rawan gempabumi menggunakan konstruksi yang tahan terhadap gempa.
- Tidak membangun permukiman dan aktifitas penduduk diatas, pada atau dibawah tebing
- Tidak mendirikan bangunan diatas tanah timbunan yang tidak memenuhi tingkat kepadatan yang sesuai dengan daya dukung tanah terhadap konstruksi bangunan diatasnya
- Pemetaan mikrozonasi di wilayah rawan gempa bumi
- Perlu adanya RUTR dan RTRW yang dituangkan dalam peraturan daerah yang berwawasan dan mempertimbangkan aspek kebencanaan sehingga prinsip bangunan berkelanjutan dapat tercapai
- Membangun kewaspadaan masyarakat dan pemerintah daerah melalui pelatihan antisipasi jika sewaktu-waktu terjadi gempa bumi.
- Menyiapkan alur dan tempat evakuasi bencana
- Menyelenggarakan pendidikan dini melalui jalur pendidikan formal dan non-formal tentang gempa bumi dan bahayanya di wilayah rawan gempa bumi
- Membangun alur dan tempat pengungsian serta bukit-bukit untuk menghindar dari gelombang tsunami
Di Indonesia wilayah rawan bencana tsunami meliputi 21 wilayah, yaitu: Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung-Banten, Jawa Tengah Bagian Selatan, Jawa Timur Bagian Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku Selatan, Biak-Yapen, Balikpapan, sekurau, Palu, Talaud, Kendari.
Mitigasi Bencana
Sampai saat ini para ilmuwan tidak dapat meramalkan terjadinya gempabumi dan tsunami . Namun dengan melihat catatan sejarah para ilmuwan dapat mengetahui tempat-tempat yang rawan tsunami. Pengukuran tinggi gelombang dan batas landaan dari kejadian tsunami masa lalu akan berguna untuk memperkirakan dan mengurangi dampak tsunami di masa depan.
Pembangunan dinding penahan laju tsunami. Diperlukan kerjasama dengan ahli sipil untuk mengukur kekuatannya. Efek sampingnya, jika tidak kuat, dinding itu akan roboh terbawa arus dan lebih membahayakan masyarakat.
Pembangunan rumah dengan tiang-tiang kokoh diatas batas tinggi gelombang tsunami.
Selain batu-batu buatan, untuk mengurangi laju tsunami dapat diupayakan juga dengan memanfaatkan hutan bakau (Mangrove).
Batu-batu pemecah gelombang. Selain batu-batu buatan, kita bisa memanfaatkan hutan bakau. | |
Pembuatan bangunan tempat menyelamatkan diri. | |
Pembangunan dinding penahan laju tsunami. Diperlukan kerjasama dengan ahli sipil untuk mengukur kekuatannya. Efek sampingnya, jika tidak kuat, dinding itu akan roboh terbawa arus dan lebih membahayakan masyarakat. | |
Pembangunan rumah dengan tiang-tiang kokoh diatas batas tinggi gelombang tsunami. | |
Selain batu-batu buatan, untuk mengurangi laju tsunami dapat diupayakan juga dengan memanfaatkan hutan bakau (Mangrove |
Source: http://sigapbencana-bansos.info/mitigasi/teknologi.html
0 komentar:
Posting Komentar