Muamar Kadafi

Seperti halnya murid pada umumnya, Muammar juga ditanya tentang cita-citanya. Namun ketika jawaban itu muncul, sorak-sorak dan cemoohan dari temannya ramai terdengar. Itu semua karena pertanyaan itu ditanyakan saat ia menjadi murid di sebuah SMA, dan ia menjawab ingin menjadi Presiden. Jawaban yang jarang didengar, apalagi yang mengatakan adalah murid SMA.

Selesai dari SMA, Muammar melanjutkan pendidikan lanjutannya ke sebuah Akademi Militer. Itu semua ia tempuh untuk merealisasikan cita-citanya sebagai Presiden Muda. Jalur militer lebih ia pilih, karena menurutnya itu lebih memungkinkan. Setelah sekian lama berkiprah dalam militer, usianya sudah mendekati pada deadline. Pontang-panting ia memikirkan tentang cita-citanya yang menemui ganjalan. Apakah cita-citanya harus kandas?. Itu semua karena karirnya masih panjang, dan pangkatnya baru mencapai pada kolonel.

Sebuah ide gila berhasil ia kantongi. Ia ingin mengadakan Kudeta. Saat itu juga ia mengumpulkan teman-temannya di ketentaraan, lantas ia mengemukakan idenya. Ia bertanya, “Apakah aku pantas menjadi presiden..?” Mereka mendukung, kemudian ia melanjutkan, “Kalau begitu dukung saya..”

Setelah merencanakan dan menyepakati waktu peleksanaan, ia dan teman-temannya serempak mengadakan kudeta besar-besaran. Singkat cerita, ia berhasil menjadi presiden termuda sepanjang sejarah. Berkat ia, pangkat kemiliteran di Libiya hanya mencapaai Kolonel.

Lika-liku perjalanan menempuh mimpi memang sangatlah sulit. Apalagi sebuah mimpi yang orang lain tak pernah berani memimpikannya. Tapi ia berhasil menempuhnya. Kata orang, berkiprah di dunia politik berarti harus berani mencekik dan menjerat lawan. Menjadikan saingannya pijakan untuk menjadi lebih tinggi.


0 komentar:

Posting Komentar

Teman Kami